Sabtu, 21 Juni 2025

Vape, Transformasi Nikotin dalam Balutan Teknologi


Di era saat ini tentunya rokok sudah menjadi hal yang umum untuk dikonsumsi. Ditambah dengan pesatnya teknologi jenis rokok pun sudah mulai berkembang. Kini rokok tak  hanya dinikmati secara konvensional, namun sudah dibalut dengan teknologi yang lebih modern yang biasa disebut rokok elektrik atau vape. Vape adalah rokok elektrik dengan tenaga baterai yang menyediakan dosis nikotin hirup yang memberikan efek sama dengan rokok pada umumya. Vape merupakan suatu hasil dari inovasi teknologi dalam industri tembakau yang menghadirkan mekanisme penghantaran nikotin melalui e-liquid yang mengandung nikotin, propilen glikol, gliserin, dan perasa buatan.


Vape pertama kali ditemukan pada tahun 1930 kemudian dikembangkan pada tahun 2003 oleh sebuah perusahaan di tiongkok. Pada saat itu vape mulai diproduksi dan dipasarka ke berbagai dunia. Pada tahun 2014 tiongkok menjadi produsen terbesar dengan angka produksi mencapai 90% . ( Kumara et.al, 2022) Vape mulai populer di Indonesia sejak tahun 2010 lalu, namun pada saat itu masih digunakan oleh minoritas masyarakat Indonesia. Hingga ditahun taun setelahnya vape menjadi populer di Indonesia dan digunakan secara luas. Pada awal mulanya vape ini digunakan untuk menjadi terapi bagi orang yang ingin berhenti merokok secara perlahan dengan mengurangi nikotin secara perlahan dan terkontrol, namun nyatanya penggunaan vape melenceng dari tujuan awal dari tujuan awalnya sebagai alat bantu berhenti merokok malah menjadi fenomena gaya hidup modern yang menarik minat individu non perokok untuk mencoba.


Komposisi vape

Didalam liquid vape mengandung berbagai macam bahan kimia adiktif dan aditif seperti nikotin, Propylene Glycol (PG), Vegetable Glycerin (VG), dan Perasa (Flavoring). Nikotin menjadi komponen utama dalam vape dengan kadar yang biasanya diukur relatif terhadap jumplah miligram per mililiter cairan yang bervariasi tergantung jenis dan merknya ( Vape Town, 2024). Nikotin merupakan senyawa kimia organik dari kelompok alkaloid yang secara umum terdapat di tanaman tembakau. Senyawa dengan rumus C10H14N2 ini merupakan senyawa yang menyebabkan ketergantungan fisik dan psikologis bagi pengguna. umumnya dalam liquid mengandung 3 -50 mg per ml. Kadar nikotinya disesuikan dengan preferensi pengguna mulai dari yang terendah hingga yang tertinggi.  Selain nikotin zat lain yang menjadi komponen utama adalah Propylene Glycol (PG), dan Vegetable Glycerin (VG) yang berfungsi sebagai pembawa rasa dan penghasil uap vape. Propylene Glycol (PG) merupakan zat aditif yang biasanya digunakan dalam berbagai industri karena sifatnya yang stabil, tidak berwarna dan berbau yang menghasilkan uap tipis. Berdasarkan klasifikasi dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA)  zat dengan rumus C3H8O2 ini diakui aman untuk digunakan dalam makanan (National Center for Biotechnology Information, 2025). Namun tentunya dalam penggunaanya terdapat batas penggunaanya untuk memastikan keananan dan  menekan resiko yang timbul setelah penggunaan. Batas penggunaan yang direkomendasikan  maksimum 25 mg/ kg/hari. Namun umumnya dalam liquid , vape terdapat sekitar 50-70%  dari total komposisi liquid. Vegetable Glycerin (VG) atau gliserol adalah zat yang berasal dari tumbuhan yang bersifat melembapkan dan mencegah dehidrasi. VG digunakan dalam liquid vape karena kemampuanya dalam menghasilkan uap yang tebal. Berdasarkan Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) vegetable glicerin aman untuk digunakan .namun inhalasi jangka panjang melalui vaping dapat menimbulkan risiko kesehatan tertentu (Skevape, 2024). Dalam liquid vape biasanya terdapat 50-90 % kadar Vegetable Glycerin (VG) dari total komposisi. Perasa (Flavoring). merupakan zat aditif dalam cairan vape untuk meningkatkan rasa dan aroma liquid. Perasa  ini tersedia dalam berbagai varian  yang dihasilkan dari campuran senyawa kimia sintetis dan alami seperti vanilin, diacetil, dan mentol. Didalam liquid terdapat sekitar 10-18% dari total komposisi tergantung variasi dan merknya.


Perbedaan kadar rokok dan vape

Vape dan rokok konvensional memiliki perbedaan kadar nikotin yang cukup menonjol. Pada rokok konvensiaonal, nikotin berasal dari tembakau yang dibakar dengan rata-rata 10-12 mg perbatang, sedangkan pada vape berasal dari hasil ekstraksi tembakau yang dilarutkan dalam cairan propylene glycol (PG) dan Vegetable Glycerin (VG) dengan kadar 0-50 mg/ml  tergantung pada merk disesuikan dengan pengonsumsi. Perbedaan  ini menyebabkan cara pengerapan nikotin pada vape dan rokok juga berbeda..


Mekanisme masuk dalam tubuh

Mekanisme zatnya masuk kedalam tubuh dimulai dari ketika pengguna menghirup uap vape, nikotin yang ada didalamnya masuk kedalam paru-paru kemudian diserap kedalam kedalam aliran darah kemudian didistibusikan kedalam organ vital seperti otak dengan berikatan dengan reseptor nikotinik asetilkolin (nAChRs). sehingga menyebabkan pelepasan  neurotransmiter seperti dopamin dan adrenalin. Mekanisme kerja vape ini sangat cepat  dibandingkan dengan rokok konvensional. Sehingga nikotin dalam vape dapat terabsorpsi dalam darah pada hitungan detik saja. Hal ini mengakibatkan efeknya pun lebih cepat bekerja.


Bahaya zat adiktif vape dilihat dari aspek kesehatan dan psikologis

Vape dalam penggunaanya juga memiliki dampak yang berbahaya lebih banyak dari rokok. Bahaya vape ini dapat ditinjau dari berbagai aspek seperti kesehatan, dan  psikologis. Dalam aspek kesehatan, vape dapat merusak berbagai organ vital seperti organ pernapasan, kardiovaskular, dan jaringan vital lainya. Hai ini dikarenakan vape mengandung berbagai komposisi yang berbahaya bila dikonsumsi jangka panjang. Penggunaan nikotin pada vape secara jangka panjang mengakibatkan gangguan pada perkembangan otak sehingga dapet menyebabkan penurunan fungsi kogntif dan resiko gangguan periklaku.. ( Mulyadi et.al, 2023)


Ditinjau dari aspek psikologis vape komposisi yang terdapat dalam vape dapat menyebabkan ketergantungan. Ketergantungan ini mempengaruhi perilaku psikologis seperti depresi, kecemasan, dan perubahan mood. Jika dikonsumsi jangka panjang akan mengakibatkan perubahan struktural dan fungsionla pada otak  sehingga memicu adaptasi neurologis berupa toleransi lebih tinggi, sakau, dan gangguan perkembangan korteks prefrontal., (Mulyadi et.al, 2023)


Langkah strategis mengurangi vape

Melihat berbagi macam dampak yang timbul tentunya perlu suatu langkah nyata yang strategis untuk mencegah dan mengurangi konsumsi vape.  Strategi ini melibatkan pendekatan edukasi, dan regulasi. Edukasi dilakukan melalui kampanye aktif dalam dunia nyata maupun dunia digital untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat terkait fakta dan risiko dari konsumsi vape. Kampanye ini dapat dilakukan dengan melibatkan stakeholder dan tokoh masyarakat agar dapat mencegah dan mengurangi penggunaan vape.  Pendekatan regulasi dilakukan melalui pembatasan penggunakaan pada kelompok rentan seperti remaja dengan menetapkan batas usia yang diperbolehkan mengonsumsi vape. Memperketat pengawasan dan mempertegas sanksi apa bila melanggar juga perlu dilakuakan. Sehingga memperoleh output berupa penurunan penggunaan vape secara signifikan.  (WHO, 2020)


KESIMPULAN

Vape sebagai inovasi teknologi dalam industri tembakau, tujuan awalnya untuk alat bantu berhenti merokok, namun kini telah berkembang fenomena gaya baru yang menarik minat non perokok untuk mencobanya. Vape memiliki mengandung berbagai komponen zat yang menyebabkan dampak kesehatan dan psikologis yang lebih tinggi dari pada rokok konvensional melalui mekanisme kerjanya yang lebih cepat. Sehingga diperlukan upaya nyata untuk mengurangi dan mencegah penggunaan vape secara meluas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Benfica vs Auckland City 6-0: Ketika Petir Menggelegar, Elang Portugal Terbang Tinggi

  Piala Dunia Antarklub 2025 mencatatkan sejarah dramatis yang tak terlupakan: bukan hanya karena badai petir yang sempat memaksa pertandin...