Masa depan Max Verstappen di Formula 1 menjadi sorotan utama, memicu spekulasi dan manuver di balik layar yang rumit. Di satu sisi, Toto Wolff dari Mercedes terang-terangan membuka pintu bagi juara dunia empat kali itu, sementara Christian Horner dan Helmut Marko dari Red Bull bersikukuh bahwa pembalap bintang mereka masih terikat kontrak hingga akhir 2028. Lantas, seberapa besar kemungkinan Verstappen akan mengenakan seragam perak Mercedes pada 2026? Jawabannya, meski kecil, tetap ada.
Kala Para Petinggi Bersuara: Sinyal dari Stuttgart dan Brackley
Pernyataan bos Mercedes-Benz Group, Ola Kllenius, selama akhir pekan GP Spanyol bukan isapan jempol belaka. "Pembalap terbaik ingin mengendarai mobil terbaik," ujar Kllenius kepada Sky Germany. "Tugas kami adalah menyusun paket terbaik, dan saya pikir Max akan terlihat bagus dengan warna perak."
Kllenius jarang berbicara di hadapan publik, jadi ketika ia bersuara, itu selalu memiliki tujuan. Di markas besar Mercedes di Stuttgart, Verstappen sangat diidamkan dan dianggap sebagai aset berharga. Pandangan Kllenius adalah pragmatis; dari posisinya, potensi kerugian untuk mendapatkan Verstappen sangat kecil.
Di sisi lain, di Brackley, markas tim F1 Mercedes, terdapat pandangan yang lebih seimbang, namun dibalut optimisme kuat untuk musim depan. Perombakan regulasi terbesar dalam sejarah Formula 1 pada 2026 dipandang sebagai kesempatan emas untuk kembali ke puncak setelah empat tahun yang menantang. Program 2026 telah dirancang dengan cermat, dimulai dari pengembangan unit daya yang, menurut rumor, bisa menjadi yang terdepan di era teknis baru ini.
Dilema Verstappen: Pro dan Kontra di Balik Kepindahannya
Mendatangkan Verstappen tentu memiliki pro dan kontra yang patut dipertimbangkan. Tak ada yang meragukan nilai tambah Verstappen di lintasan, namun kedatangannya akan membawa konsekuensi besar. Duo pembalap Mercedes saat ini, George Russell dan Andrea Kimi Antonelli, adalah buah dari rencana jangka panjang yang dimulai pada 2017. Russell masuk program junior, diikuti Antonelli dua tahun kemudian. Proyek yang digagas Toto Wolff ini telah mempromosikan dua talenta terbaik mereka, kategori demi kategori, hingga ke tim utama.
Jika Verstappen benar-benar datang, indikasi menunjukkan bahwa George Russell kemungkinan besar akan menjadi pihak yang harus mengalah. Ini bukanlah pengorbanan kecil, mengingat Russell sedang menikmati musim F1 terbaiknya, dan investasi sembilan tahun pada dasarnya akan sia-sia. Russell kemungkinan besar akan menuntut pembebasan penuh dari segala ikatan dengan Mercedes jika ia dilepas. Dalam skenario ini, Antonelli juga akan membutuhkan dukungan ekstra, karena pada 2026, ia akan dipasangkan dengan pembalap yang dikenal sebagai "pembunuh rekan setim". Risiko bahwa Verstappen dapat merusak program junior Wolff adalah nyata.
Potensi kerugian lain juga perlu dipertimbangkan. Jika Mercedes sukses besar pada 2026, sebagian besar pencapaian tersebut kemungkinan akan dikaitkan dengan Verstappen, seolah melanjutkan rentetan kemenangannya yang dimulai bersama Red Bull. Sebaliknya, jika proyek ini gagal, Verstappen tidak mungkin bersikap akomodatif seperti Russell. Hal ini bukan gayanya, dan akan menimbulkan tantangan manajemen yang jauh lebih besar.
Daya Pikat Verstappen dan Manuver di Paddock
Tentu saja, memiliki Verstappen dalam tim adalah keuntungan besar. Jika dalam 12 bulan mendatang Mercedes terbukti memiliki paket mesin yang dominan dan bertarung sengit dengan McLaren (yang juga akan menggunakan mesin buatan Brixworth yang sama), Verstappen dapat menjadi faktor penentu. Selain itu, membajak Verstappen dari Red Bull akan menjadi pukulan telak bagi ambisi tim Milton Keynes -- sebuah pertimbangan yang tidak kecil, terutama mengingat hubungan yang tegang antara kedua tim.
Terakhir, ada situasi Verstappen sendiri. Apa yang dikatakan Red Bull memang benar -- bahwa Verstappen memiliki kontrak hingga 2028. Namun, di luar klausul keluar (sebagian besar kontrak mencakup klausul kinerja minimum), tidak ada tim yang secara realistis dapat mempertahankan pembalap yang jelas-jelas ingin pergi. Paling banter, mereka dapat menegosiasikan persyaratan kepergiannya.
Ada juga sudut pandang lain yang mungkin: Verstappen bisa saja menggunakan ketertarikan Mercedes sebagai pengungkit untuk mendorong perubahan dalam struktur kepemimpinan Red Bull, yang saat ini dipandang sebagai 'monarki' di bawah Horner. Hal ini berpotensi mengarah pada pembagian tanggung jawab di antara lebih banyak orang.
Memang benar bahwa pembalap terbaik selalu mengejar mobil terbaik. Dan bertaruh pada Red Bull untuk tahun 2026 adalah sebuah pertaruhan, karena mereka akan memulai debutnya sebagai produsen mesin. Namun, Verstappen juga tahu betapa sulitnya menemukan posisi lain seperti yang ia nikmati di Red Bull -- tim yang membangun segalanya di sekelilingnya dan memberinya kebebasan yang belum pernah dimiliki orang lain sebelumnya.
Berganti tim bukan hanya keputusan teknis semata -- tetapi juga keputusan yang mengubah hidup. Akankah Verstappen mengambil langkah berani ini, ataukah ia akan tetap setia pada tim yang telah mengantarkannya ke puncak dunia Formula 1? Hanya waktu yang akan menjawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar