Estadio Hidalgo, - Dalam atmosfer penuh gegap gempita pembuka Liga MX Apertura 2025, klub legendaris Pachuca memberi pelajaran keras kepada Monterrey yang baru saja diperkuat legenda Eropa, Sergio Ramos. Skor akhir 3-0 bukan sekadar kemenangan, tapi sebuah pernyataan kuat bahwa “Tuzos” siap menjadi kekuatan utama musim ini.
Duel ini sejatinya dimulai dengan tempo hati-hati. Monterrey mencoba mendominasi penguasaan bola dengan lini tengah berpengalaman mereka, termasuk debut Ramos yang ditempatkan sebagai jenderal pertahanan. Tapi Pachuca bermain dengan disiplin dan kesabaran, menunggu momen yang tepat.
Meski tanpa gol hingga turun minum, aroma ledakan mulai tercium. Intensitas Pachuca perlahan menanjak, sementara Monterrey menunjukkan celah di sayap kiri mereka yang sering terlambat turun membantu pertahanan.
Menit ke-51 menjadi titik balik. Jhonder Cadiz menyambut umpan silang rendah dengan sontekan cepat yang gagal dibendung kiper Esteban Andrada. Gol ini membuka kran kreativitas Pachuca.
Hanya empat menit berselang, Alexei Dominguez Figueroa, wonderkid lokal yang tengah naik daun, menggandakan keunggulan lewat tendangan dari luar kotak penalti yang membentur Ramos sebelum menaklukkan Andrada.
Monterrey mencoba bangkit, namun koordinasi di lini belakang tampak belum padu. Ramos terlihat frustrasi, beberapa kali memberi instruksi keras kepada rekan-rekannya. Tapi ketenangan Pachuca tak tergoyahkan.
Menit ke-78, Elias Montiel menutup pesta gol dengan solo run memukau dari tengah lapangan, mengelabui dua pemain, dan menaklukkan kiper lewat penyelesaian klinis. Stadion bergemuruh. Pachuca 3, Monterrey 0.
Sergio Ramos: Nama Besar, Malam Kelam
Meski hanya satu dari sebelas pemain Monterrey, sorotan tak bisa lepas dari Ramos. Eks Real Madrid dan PSG ini tampak belum menyatu dengan ritme Liga MX. Ia mencatat 1 blok, 3 clearance, dan 1 kartu kuning, tapi juga melewatkan tiga momen krusial yang berujung ancaman nyata ke gawang Monterrey.
Pundit lokal bahkan menyebutnya "baptism by fire" - debut yang menyakitkan sekaligus membuka mata bahwa Liga MX bukan liga pensiun bagi bintang Eropa.
Apa yang dilakukan Pachuca malam itu bukan sekadar bermain baik, tapi menunjukkan blueprint ideal sebuah tim: solid, sabar, dan mematikan saat menyerang. Pelatih Guillermo Almada patut mendapat kredit besar atas penyusunan strategi yang mampu melumpuhkan raksasa seperti Monterrey.
Kombinasi pemain muda seperti Alexei DomÃnguez dan senior seperti Montiel menjadi kekuatan utama. Cadiz pun tampaknya siap menjadi pemburu utama di lini depan musim ini.
Dalam pertandingan pembuka Liga MX Apertura 2025 antara Pachuca dan Monterrey, statistik mencerminkan dominasi efektif tuan rumah. Meski hanya menguasai bola sebesar 46% dibandingkan Monterrey yang menguasai 54%, Pachuca tampil lebih tajam dengan mencatatkan 6 tembakan tepat sasaran, jauh mengungguli Monterrey yang hanya mampu melepaskan 2. Permainan berlangsung keras dengan 12 pelanggaran dilakukan Pachuca dan 15 oleh Monterrey. Dari segi kedisiplinan, masing-masing tim menerima beberapa kartu kuning, di mana Pachuca mendapatkan 2 dan Monterrey 3. Akurasi umpan kedua tim cukup berimbang, yakni 82% untuk Pachuca dan 80% untuk Monterrey, namun efektivitas serangan Pachuca menjadi pembeda utama dalam kemenangan telak 3-0 ini.
Sementara bagi Monterrey dan Ramos, kekalahan ini adalah momen pembelajaran - bahwa reputasi global tak berarti banyak tanpa adaptasi. Liga MX 2025/26 baru dimulai, dan drama sudah pecah sejak pekan pertama.
Referensi
ESPN. (2025, July 13). Pachuca vs. Monterrey - Match Report - Liga MX Apertura 2025. ESPN UK.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar