Jumat, 11 Juli 2025

Mengenal Aturan Permainan dalam Perlombaan Pacu Jalur


Pacu Jalur, olahraga tradisional yang berasal dari Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau, belakangan viral di media sosial. Di balik keviralannya, seperti olahraga tradisional pada umumnya, tradisi yang diwariskan secara turun-temurun tersebut memiliki aturan permainan yang perlu diketahui.


Tingkatan dan Sistem Pertandingan

Secara umum, Pacu Jalur diselenggarakan dalam tiga tingkat wilayah, yaitu antarbanjar (dusun), antardesa (kelurahan), dan antarkecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Kuantan Singingi. Meskipun cakupannya berbeda, prinsip dasar permainannya sama: tim yang terlebih dahulu mencapai garis finish dinyatakan sebagai pemenang.


Untuk menentukan pemenang, terdapat dua model sistem pertandingan yang lazim digunakan. Yang pertama adalah sistem gugur, tim yang kalah langsung tersingkir dan tidak lagi melanjutkan ke babak selanjutnya. Sementara sistem kedua adalah setengah kompetisi, yaitu setiap regu mendapat kesempatan bertanding beberapa kali. Tim yang konsisten meraih kemenangan hingga babak akhir akan dinyatakan sebagai juara.


Teknis Jalannya Lomba

Perlombaan dimulai dengan penggunaan bunyi meriam sebagai aba-aba resmi. Hal ini dilakukan karena suara peluit tidak mampu menjangkau seluruh arena yang luas dan dipenuhi penonton. Proses awal lomba diawali dengan dentuman pertama, yang menjadi sinyal bagi para tim untuk menempatkan jalurnya (perahu) di posisi start.


Dentuman kedua memberi tanda agar seluruh anggota regu bersiap dalam posisi mendayung. Setelah dentuman ketiga terdengar, seluruh jalur mulai mendayung serempak menyusuri lintasan sungai yang telah ditentukan.


Setiap regu terdiri atas 40 hingga 60 orang laki-laki, umumnya berusia antara 15 hingga 40 tahun. Jumlah peserta dalam satu perahu tergantung ukuran jalur yang digunakan. Masing-masing anggota tim memiliki peran tersendiri, seperti tukang concang yang bertugas memberi aba-aba, tukang onjai yang menjaga irama dengan gerakan tubuh, tukang pinggang atau pengemudi di bagian belakang perahu, dan pendayung utama. Keseluruhan formasi ini bekerja secara sinkron untuk mengarahkan jalur agar melaju cepat dan tetap stabil di air.


Penilaian dan Wasit

Selama perlombaan berlangsung, wasit dan juri memiliki peran penting untuk memastikan aturan permainan dipatuhi serta menetapkan hasil akhir secara objektif. Mereka mengawasi jalannya pertandingan dari sisi sungai dan garis finis.


Meskipun secara formal pemenang ditentukan berdasarkan urutan masuk garis akhir, dalam masyarakat Kuantan Singingi terdapat keyakinan bahwa kemenangan juga dipengaruhi oleh unsur tradisional seperti kualitas kayu jalur dan kekuatan spiritual pawang yang “mengawal” jalur tersebut.


Arena Lomba dan Spesifikasi Jalur

Lintasan Pacu Jalur umumnya dibangun di Sungai Batang Kuantan, sungai utama yang membentang dari Kecamatan Hulu Kuantan hingga Cerenti. Panjang lintasan biasanya mencapai sekitar satu kilometer dan ditandai dengan tiga tiang pancang yang berfungsi sebagai penanda rute.


Jalur atau perahu yang digunakan dibuat dari kayu utuh sepanjang 25-30 meter dan lebar bagian tengah sekitar 1,25 meter. Proses pembuatannya melibatkan banyak tahapan dan personel, termasuk musyawarah desa, pemilihan pohon kayu khusus seperti banio atau kulim kuyiang, pemahatan, pengukiran, dan ritual adat. Jalur dilengkapi dengan hiasan ukiran bermotif hewan, tumbuhan, atau simbol tertentu yang menunjukkan identitas kelompok atau desa asalnya.


Selain sebagai alat lomba, Pacu Jalur juga menjadi simbol kebanggaan masyarakat. Setiap tim biasanya menamai jalur mereka dengan nama-nama khas seperti Naga Sakti, Gajah Tunggal, atau Singa Kuantan, yang mencerminkan kekuatan, semangat, dan karakteristik kelompok mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Magnus Carlsen Kembali Bertemu Gukesh di Grand Chess Tour

Magnus Carlsen menjabat tangan pecatur pemegang gelar juara dunia Gukesh Dommaraju di acara pembukaan Grand Chess Tour 2025 PECATUR peringk...