Selasa, 24 September 2024

Meramu Fiksi Tanpa Ilusi

 


Meramu Fiksi Tanpa Ilusi

Setiap yang bermula akan berakhir, setiap yang datang akan pergi. Tahun 2024 yang cukup sulit untuk dilewati setelah massa panjang yang berusaha untuk dilalui. Banyak mimpi yang akhirnya terkubur, entah akan kembali digali lagi atau tidak, banyak rencana yang dihentikan secepat kilat atas dasar ketenangan hati dan fikiran yang tidak bisa dikendalikan.

Bermula dari oktober 2023 dan sampai sekarang entah apalagi yang mau dikejar, bahkan kehilangan arah dalam menjalaninya. Kehilangan kasih sayang sudah biasa, hampir setahun ini banyak orang yang come and go dengan sangat cepat. Tapi kali ini bukan hanya tentang mereka, tapi tentang semua mimpi yang setengah mati disusun rapih dan hampir kehilangan nyali, sudah susut bahkan jika disamakan dengan puzzle sepertinya sudah tidak beraturan posisinya entah bagaimana lagi menyusunnya.

Selama 1 tahun ini bukan hal yang mudah semua perjalanannya hampir semua dijalani. Di umur 25 tahun ini pasti banyak sekali orang yang kualahan akan hidupnya baik secara fisik maupun mentalnya, bahkan di tahun ke 24 sempat merasa ada yang tidak beres dengan mental sendiri, sempat juga mengajak teman untuk pergi ke psikolog namun dia berkata "kamu baik-baik saja, tidak ada yang salah. Tidak usah pergi kesana, biayanya mahal.

" Padahal sebelum ini dimasa pandemi sudah melakukan kosultasi secara online, dan kurang cocok selain waktu yang terbatas dan berkomunikasi hanya lewat chating, tidak ada yang bisa terselesaikan. Jawaban psikolog tersebut hanya "semuanya tergantung bagaimana kamu, dimulai dari diri kamu saja terlebih dahulu." Sejak saat itu enggan untuk bercerita ke siapapun, sebab dia juga tidak bisa jadi pendengar yang baik sekedar untuk mendengarkan resah. Memang hal ini tidak bisa dilakukan hanya dalam sekali jadi, harus dengan beberapa kali pertemuan dan harus di tes terlebih dahulu baru mendapatkan hasil, dan tidak bisa mendiagnose sendiri.

Sebelum akhirnya memutuskan pulang, bukan hal yang mudah, banyak sekali yang dipertimbangkan. Namun, setelah pulang bukannya mendapat peluk tapi mendapat pelik yang kian sulit dan rumit. Adakah yang bertanya sekedar "kenapa?" tidak ada, yang mereka tanya hanya uang. Sejak lulus sampai sekarang di umur yang makin habis waktunya, masih merasakan kesendirian itu. Betapa lelahnya merasakan lonely, betapa melelahkannya berjuang sendiri diatas kaki tangan sendiri. Bukan mudah menjadi manusia seperti ini, suka sendirian namun takut ditinggal sendiri. Tidak suka keramaian, namun menyukai orang yang baru dikenal, dan menjaga jarak dengan orang yang dikenal.

Banyak trauma yang menumpuk, banyak ketakutan yang dialami bukan hal mudah untuk segera bangkit dan tidak tertidur pulas lagi dengan bayangan ketakutan dan menghindari suara yang menggema setiap hari di lorong rumah dengan makian dan cacian yang beroktaf tinggi.

Baru juga sampai, kembali berjalan ke berbagai arah untuk melanjutkan hidup atas dasar ketakutan yang akan terjadi, visioner memang semua yang dilakukan harus dipikir matang dari awal hingga akhir. Namun, banyak sekali yang terjadi, banyak sekali luka yang berdarah, dihantam habis-habisan dari luar dan dalam. Semua mata sibuk dengan pandangan dan isi kepalanya untuk melontarkan berbagai kata yang tidak sesuai dengan apa yang dilakukan. Dan semuanya aku masukkan ke dalam hati dan kepala dengan berbagai banyak tanya. "kenapa semua bertanya itu, kenapa? Aku salah apa, padahal aku tidak pernah mengusik hidup mereka, aku bahkan selalu hidup dengan tanpa suara." Berbagai pertanyaan menghantui kepala.

"Sudah punya apa saja?"

"Sudah dapat apa saja selama diluar?"

"Kok hidupmu masih gini-gini aja?"

"Lihat itu si A ibunya diluar sudah bisa ini dan itu hebat ya puluhan tahun."

"Kapan nikah? Gak mau nikah?"

"Kamu cantik, buat apa diem aja, sana cari kerjaan pasti banyak yang nerima apalagi kamu cantik."


Hidup adalah tentang berjalan bukan berlari, kalau mau lari ikut lomba aja dan jangan hidup lagi, kamu mau lari dari kenyataan?

Apa aku harus menjelaskan semua pertanyaan itu? Tentu tidak bukan? Semuanya sudah ku usahakan, semuanya sudah kujalani dengan baik. Namun, memang begini adanya. Setiap perjalanan hidup tidak semua orang sama. Jangan semuanya disamaratakan harus a dan b, kenyataannya background orang berbeda-beda, kadar kerja kerasnyapun beda, dan hasilnyapun tidak sama.

Jika ditanya mengenai masa depan maka akan ku jawab, aku sudah mengusahakannya bahkan sekian tahun lamanya, jangan tanya lagi kenapa, aku bekerja bukan untuk menutup mulut nakal, melainkan untuk banyak orang, aku bekerja bukan untuk kesenangan sendiri, aku selalu hidup dengan mengesampingkan diri sendiri dan mengedepankan orang lain sebab itu orang akan payah menilai. Jangan tanya mengenai pernikahan, sebab tidak terbesit untuk sekarang mengenai itu, ketakutan yang selalu meghantui, pumya background orang tua yang childish tidak menyenangkan, pemikiran yang kekanakan dan mengedepankan ego itu cukup menyesakkan.

Aku hanya tidak ingin anakku nanti akan kesusahan dengan orang tua yang akhirnya belum siap segalanya baik financial maupun mental. Hanya ingin kuantitas bukan kualitas, ingin sebuah rumah yang layak huni dengan penuh kehangatan dari sebuah kasih bukan kehangatan dari kobaran api atau berujung perpisahan yang merugikan banyak pihak dikemudian hari.

Setiap orang punya pandangannya sendiri dalam kehidupannya, setiap orang sudah mengatur jalannya masing-masing, tinggal bagaimana kita menjalaninya, tuhan yang menentukannya dan alam yang ikut berkesinambung berjalan bersama.

Akhir tahun bukan akhir dari segalanya, namun sepertinya dikepala banyak ketakutan yang melanda, semoga duka, lara, sedih, gelisah berubah jadi tawa dan bahagia di tahun 2023 dan seterusnya. Biar semua yang sudah dialami 1 tahun ini menjadi sebuah pembelajaran, tidak semua orang baik jangan selalu percaya, tidak apa diam dulu tidak semua hal harus ditanggapi, walaupun pada akhirnya diam ini menjadi boomerang untuk orang yang iri hati, mereka akan selalu tidak puas jika tidak mendebatmu dengan banyak aksi, biarkan saja. Tetap berbuat baik, sekalipun tidak dibalas tapi, jika sudah keterlaluan diamkan saja, sebab semua manusia punya porsi sendiri bukan harus selalu mengiyakan banyak hal yang terjadi. 

Dan ingat, orang punya kepribadian masing-masing, ada introvert, extrovert, ambivert, so kamu tidak boleh memaksakan diri untuk selalu jadi yang orang mau, itu semua akan menyakiti diri kamu dengan memaksakan diri jadi apa yang bukan diri kamu miliki, memuaskan banyak orang bukan tujuan hidupmu, sekarang tujuanmu hanya membahagiakan dirimu sendiri, bermanfaat untuk adik-adikmu itu sudah lebih dari cukup. Berhenti dengan sesuatu yang tidak ingin kamu lihat dan dengar, hindari semuanya dan jangan terlalu memaksakan diri. 2023 dan seterusnya akan berjalan lancar dan baik-baik saja, sehat fisik dan mentalnya, bahagia dan berkah hidupnya. Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Batal Datangkan Hojlund, Inter Andalkan Francesco Pio Esposito

Klub Inter Milan kini mengalihkan fokus transfer lini serangnya jelang musim 2025/2026. Nama pemain Manchester United Rasmus Hojlund yang ...