Minggu, 12 Januari 2025

Musang dan Daun Kering

 


Tuk...tuk...sret...sret...

"Hahaha...Kalian pasti akan mudah kutangkap, kelinci-kelinci lucu." Musang tertawa licik sambil menggesekkan dua batu warna hitam beberapa kali. Dari gesekan dua batu itu, keluarlah api. Dengan cepat, dia mengarahkan percikan api ke arah daun kering yang sudah disiapkannya tadi.

Tak lama kemudian, api mulai membesar. Daun kering yang mengelilingi tempat bermain kelinci-kelinci, mulai dilalap api. Asap membuat mata pedih. Namun, Musang tak peduli. Dia hanya ingin menikmati kelinci lezat. Sudah lama dia menginginkan daging kelinci untuk mengisi perutnya.

Kelinci-kelinci itu panik saat melihat api yang berada di sekitarnya.

"Api...api! Ayo kita lari!" seru mereka sambil berlari, menghindari api yang mulai mengitari mereka.


Melihat kepanikan kelinci-kelinci, Musang tertawa lebar. Kelinci-kelinci memang banyak yang bisa menyelamatkan diri. Namun ada seekor kelinci yang lemas karena asap semakin tebal karena api membesar.

Dengan gesit, Musang mendekati kelinci itu. Kelinci itu tak sempat melarikan diri.

Saat Musang menikmati kelinci itu, dia tak menyadari kalau api merembet ke tempat yang berada di sekitar tempat bermain kelinci. Banyak daun kering di sekitar tempat itu dan angin lumayan kencang, jadi daun-daun itu ikut terbakar.

Dia menyadari kalau api semakin besar saat tubuhnya merasa kegerahan dan hidungnya mencium asap. Diperhatikannya sekitar tempatnya berada.

"Hah...kebakaran?"


Mata Musang melotot. Dia jadi panik sendiri dan memutuskan lari dari tempatnya berada.

Sementara itu, Pipit yang terbang melihat api dari hutan tempatnya tinggal. Dia terbang merendah untuk memastikan keadaan sebenarnya. Saat menyadari kalau ada kebakaran, dia terbang cepat.


"Kebakaran! Kebakaran!"

Dia meneriakkan kata-kata itu untuk mengundang teman-temannya. Akhirnya, beberapa Gajah segera menuju ke arah api dengan membawa air dari sungai. Air itu dibawa dengan belalainya. Kerbau turut membantu Gajah.

Tak kalah dengan Gajah dan Kerbau, Landak, Trenggiling, Tupai, Rusa bekerja sama membuat parit untuk menghalangi jalannya api. 

Semut-semut pun turut membantu teman-temannya. Mereka membawa tanah untuk menutup bara yang masih menyala.

Lalu, bagaimana dengan Musang? 

Musang bersembunyi di rumahnya. Pintu rumahnya tertutup. Dia bingung mau melakukan apa. Namun hatinya merasa bersalah, karena dialah yang menyebabkan kebakaran di hutan mereka. 

Setelah api berhasil dipadamkan, Gajah dan warga hutan beristirahat. Mereka tampak sedih, melihat hutan yang nyaman, kini menjadi rusak karena api. Pohon-pohon banyak yang menghitam. 

"Ibu, tempat bermainku nggak ada lagi, huhuuuu," tangis Kelinci yang imut.

"Nggak apa-apa, Nak. Yang penting kita selamat. Nanti kita buat lagi tempat bermainnya, ya!"

Hewan-hewan dewasa beristirahat sambil merencanakan untuk membersihkan hutan mereka. Mereka berencana untuk mulai membersihkan dari sekitar tempat tinggal masing-masing. 

Di saat mereka bermusyawarah, datanglah Musang. Dia berjalan sambil menunduk, lalu berdiri di depan semua warga hutan.

"Maafkan aku, teman-teman. Kebakaran ini karena ulahku," ucap Musang.


Hewan-hewan yang masih berkumpul, saling berpandangan.

"Maksudmu?"

"Aku tadi mau menangkap kelinci untuk makan. Aku nyalakan daun-daun kering. Lalu..."

"Kamu sungguh terlalu, Musang! Jahat sekali!" seru Rusa.

"Lihat dari ulahmu! Hutan kita rusak!" sahut Tupai.

"Iya, maafkan aku."

Hewan-hewan itu tak terima dengan kelakuan Musang itu. Mereka benar-benar marah. 

Gajah yang paling tua di hutan menatap Musang dengan serius.

"Perbuatan tanpa pikir panjangmu itu hampir mencelakakan kita semua. Hampir menghancurkan hutan ini, Musang! Padahal kita sangat bergantung pada hutan. Untung saja Pipit segera memberitahu kamu. Kalau tidak, kita tidak punya tempat tinggal. Tidak punya tempat hidup lagi."


Suasana hening. Gajah melanjutkan perkataannya, "mulai sekarang, kamu harus ikut menjaga hutan. Kamu harus ikut memperbaiki kerusakan hutan kita!"

Keesokan harinya, mereka membersihkan tempat-tempat umum. Tempat bermain dibuat lagi. Bibit pohon ditanam lagi agar hutan kembali hijau dan bisa membuat hidup nyaman kembali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kemenangan Telak! Chelsea Libas PSG Tiga Gol Tanpa Balas

  PSG Tertekan, Chelsea Tancap Gas Alih-alih bangkit , PSG justru makin tertekan. Kehilangan kendali lini tengah dan minimnya kreativitas da...