Sabtu, 11 Januari 2025

Ratu Pasar Online

 


Aroma rempah-rempah bercampur dengan wangi sayuran segar menguar di udara pagi yang lembap. Rukmini menata dagangannya di Pasar Desa Sukamaju, jemarinya yang mulai keriput memilah daun kemangi yang menguning. Lapak sederhana itu telah menjadi saksi bisu perjalanan hidupnya selama dua puluh lima tahun terakhir --- dari gadis desa yang hanya membawa sekeranjang sayur, hingga menjadi pedagang yang dipercaya oleh seluruh penduduk desa.


"Mini, kamu lihat nggak? Sekarang anak-anak muda jarang ke pasar," bisik Bu Siti dari lapak sebelah, tangannya sibuk menimbang cabai untuk pembeli yang semakin jarang. Matanya yang berkantung menunjukkan kekhawatiran yang sama dengan yang dirasakan Rukmini.


Rukmini mengangguk pelan, memperhatikan lorong-lorong pasar yang dulunya sesak oleh pembeli, kini hanya dilewati beberapa ibu rumah tangga dan pembantu. Ia teringat bagaimana dulu harus bangun jam tiga pagi untuk mendapatkan tempat strategis, bagaimana ia harus berebut pelanggan dengan pedagang lain. Sekarang, jangankan berebut, mencari pelanggan saja susah.


"Anak saya bilang, sekarang orang lebih suka belanja pakai HP," kata Bu Siti lagi, suaranya getir. "Katanya praktis, nggak perlu kepanasan, nggak perlu tawar-menawar."


Rukmini merasakan dadanya sesak. Pendapatan hariannya sudah turun hampir 60% dalam tiga bulan terakhir. Uang sekolah Ayu di perguruan tinggi swasta dan cicilan motor Tono terasa semakin berat.


"Bu, lihat deh!" Ayu tiba-tiba memekik dari ruang tengah, mengagetkan Rukmini yang sedang membereskan piring. "Sayur bayam yang Ibu jual 15 ribu seikat, di sini cuma 8 ribu. Tomat Ibu 20 ribu sekilo, di sini 12 ribu!"


Rukmini mengelap tangan ke celemeknya, bergegas menghampiri putrinya. Dahinya berkerut melihat deretan angka di layar ponsel Ayu. Harga-harga itu membuat perutnya mual --- separuh dari harga jualnya di pasar.


"Mana mungkin? Pasti sayurnya jelek," Rukmini menggeser tubuh Ayu, merebut ponsel dari tangannya. Jarinya yang kasar mengusap layar dengan canggung, memperbesar foto-foto sayuran yang tampak segar dan menggiurkan.


"Mereka dapat barang dari mana?" suara Rukmini bergetar. Ia ingat bagaimana setiap subuh harus berebut sayur segar dengan pedagang lain, tawar-menawar dengan petani sampai tenggorokannya serak.


Ayu tersenyum penuh kemenangan. "Namanya sistem pre-order, Bu. Mereka ambil langsung dari petani. Nggak ada stok nganggur, nggak ada barang busuk. Lihat nih," ia mengambil alih ponsel, menunjukkan kolom ulasan. "Lima ribu lebih review bagus. Pengirimannya cepat, sayurnya segar."


"Omong kosong!" Suara Tono menggelegar dari kamar. Pria itu muncul dengan wajah masam. "Mini, kamu mau diracuni ide-ide aneh sama anak ini? Sudah bagus jualan di pasar. Itu yang kamu bisa, itu yang cocok buat kamu."


Rukmini membeku. Dua puluh lima tahun. Selama itu ia berdiri di bawah terik matahari, menghadapi hujan, membangun kepercayaan pelanggan satu per satu. Bahkan ketika Tono kehilangan pekerjaan dan terjerat hutang rentenir, dia yang membanting tulang melunasi semuanya --- dengan cara 'kuno'-nya berdagang di pasar.


"Cocok?" Rukmini mendesis, matanya menatap tajam suaminya. "Seperti hutangmu yang sudah cocok dilunasi dengan uang dari cara dagang 'kuno'-ku ini?"


Hening. Tono memalingkan wajah. Ayu menahan napas.


"Aku memang nggak ngerti teknologi," Rukmini melanjutkan, suaranya gemetar menahan emosi. "Tapi aku ngerti satu hal: pasar sedang berubah. Dan aku nggak akan duduk diam menunggu usahaku mati."


Warung kopi Pak Karjo sudah hampir tutup ketika Rukmini memberanikan diri menemui Lestari. Dalam temaram lampu neon yang berkedip-kedip, ia melihat sahabatnya itu masih sibuk dengan ponselnya.


"Ta," Rukmini menarik kursi plastik di sebelah Lestari. Suara deritnya bercampur dengan dengung generator listrik yang mulai dinyalakan. "Aku perlu bantuanmu."


Lestari mendongak, alisnya terangkat. Ia kenal nada suara itu --- nada yang sama ketika dua puluh lima tahun lalu Rukmini datang padanya, meminjam modal untuk membuka lapak pertamanya.


"Ajari aku jualan online."


Lestari menghela napas panjang, meletakkan ponselnya. "Mini, Mini... kamu tahu ini nggak semudah yang kamu pikir? Lihat nih," ia menunjukkan aplikasi di ponselnya. "Dalam sehari, aku harus mantau lima platform berbeda. Tiap lima menit ada chat masuk. Complain pembeli datang tengah malam. Stok harus diupdate tiap jam. Salah sedikit, rating anjlok."


"Waktu kita mulai dulu, kamu juga bilang jualan di pasar nggak mudah," Rukmini tersenyum getir. "Tapi kita bertahan, kan?"


Setahun berlalu sejak Rukmini pertama kali menjajal dunia digital. Kini, ia dikenal sebagai "Ratu Pasar Online" oleh sesama pedagang di desa. Lapaknya di pasar tetap buka, tapi sebagian besar transaksi kini dilakukan melalui ponsel. Ia bahkan mulai bermitra langsung dengan petani untuk memastikan pasokan segar dan harga bersaing.


Tono yang semula sinis, kini diam-diam bangga melihat usaha istrinya berkembang. Ayu, yang dulu hanya menjadi mentor teknologi, kini ikut membantu Rukmini mengelola pesanan besar-besaran.


"Bu, ada pelanggan baru mau pesan 200 kilo tomat untuk katering. Mereka bilang suka sama pelayanan kita," Ayu memberi tahu ibunya suatu pagi.


Rukmini tersenyum lebar. Di balik wajahnya yang letih, ada kebahagiaan yang sulit dilukiskan.


"Kalau aku nggak mulai waktu itu, mungkin aku sudah menyerah," gumamnya sambil memandang layar ponsel. Ia menatap angka-angka penjualan yang terus meningkat, membuktikan bahwa perjuangannya tidak sia-sia.


Pasar memang berubah, tapi semangat Rukmini tetap sama --- pantang menyerah, beradaptasi, dan terus belajar. Di dunia digital yang serba cepat, ia membuktikan bahwa pengalaman bertahun-tahun di pasar tradisional tetap menjadi modal berharga.


Rukmini tersenyum puas. Kini, ia tidak hanya menjadi pahlawan bagi keluarganya, tapi juga inspirasi bagi pedagang kecil lain yang ingin maju tanpa melupakan akar tradisi mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ALGS Midseason Playoffs EWC 2025: VK Gaming Menang Match Points Final!

ALGS Midseason Playoffs EWC 2025 telah berakhir dengan Match Point Finals yang intens dan mengejutkan. Dalam hasil upset, VK Gaming asal Chi...