Sabtu, 07 Juni 2025

TikTok Jahat?




TikTok jahat. Tapi sebenarnya, yang lebih jahat itu... Siapa? 

Mari kita mulai dari awal. TikTok datang sebagai aplikasi hiburan. Kita tahu itu. Video pendek, musik catchy yang lagi viral, orang joget, tips hidup sehat, resep-resep makanan dari yang aneh sampai makanan luar, dan curhatan orang yang ditinggal tunangan dua minggu sebelum nikah. Lengkap. Seru. Bikin ketagihan.


Nah di situlah letak masalahnya.

TikTok bukan lagi sekadar hiburan. TikTok berubah menjadi portal kecil yang bisa menyedot waktu, perhatian, dan kadang kesadaran kita sendiri. Kamu pasti pernah, niatnya cuma scroll bentar sebelum tidur, eh tahu-tahu udah jam 3 pagi, mata kering, kepala udah pusing, tapi tangan masih semangat swipe ke atas. Besok masuk pagi, tapi "Lima menit lagi, deh," katanya.


TikTok jahat? Nggak juga. Yang jahat itu kebiasaan kita yang kelewat nyaman dalam dunia serba cepat, serba lucu, dan serba "relate" itu.


Algoritma yang Mengerti Kita ( Bahkan lebih mengerti dari pacarmu itu) 

Salah satu kekuatan utama TikTok adalah algoritmanya. Dia tahu apa yang kita suka, bahkan lebih cepat dari kita sendiri menyadarinya. Pernah nggak kamu habis nonton video kucing sekali, lalu tiba-tiba isinya penuh kucing semua? Atau kamu lagi galau, terus muncul video curhat orang yang 'kamu banget'?


TikTok seperti pacar yang peka, bahkan lebih peka dari pacar kamu yang sebenarnya. Tahu saat kamu butuh hiburan, tahu saat kamu lagi sedih, tahu saat kamu cuma mau ketawa. Masalahnya, dia nggak tahu--lebih tepatnya nggak peduli kalau kamu butuh tidur, makan, atau sekadar lepas dari layar. Dia hanya tahu satu hal bikin kamu tetap nonton.


Sebenarnya, kita di ejek oleh TikTok. Saking kuatnya pengaruh TikTok, dia berani mengeluarkan satu konten yang intinya nyuruh kita ngurangin waktu menatap layar. TikTok yakin kalau kita nggak sepatuh itu sama warning dari TikTok sendiri. 


Dan kita pun, dengan sukarela, menyerahkan waktu kita ke algoritma yang kita puja-puji itu. Sebenarnya, siapa yang jahat?

Satu Swipe, Satu Detik Hilang

Coba hitung berapa jam sehari kamu habiskan di TikTok. Nggak usah bohong, karena HP-mu punya fitur screen time. Beberapa dari kita mungkin bisa nonton dua, tiga, bahkan lima jam tanpa jeda. Kalau kamu pikir itu nggak apa-apa karena "aku kan sambil rebahan doang," pikir lagi, deh. 


Lima jam sehari sama dengan 35 jam seminggu. Itu sama dengan hampir satu setengah hari penuh cuma untuk nonton video orang lain hidup. Bayangkan kalau waktu itu kamu pakai buat hal lain seperti belajar, masak, ngobrol dengan sesama makhluk hidup yang lebih tepatnya manusia, main sama kucing, atau tidur.

Iya, tidur. Lupa, ya, kapan terakhir kali tidur yang benar? 


TikTok: Kopi digital?

TikTok mulai terasa seperti kafein versi digital. Dia bikin kita melek, segar, semangat---tapi sementara. Setelahnya, yang tersisa adalah rasa lelah yang numpuk, mata sembab, dan kadang sedikit rasa bersalah.


Lucunya, kita tetap balik lagi ke sana.

Kenapa? Karena TikTok nggak hanya menghibur. Tapi juga memberi kita rasa terhubung. Rasanya seperti ada di dunia yang ramai, di mana semua orang sedang berbagi sesuatu. Kamu nggak sendirian nonton drama Korea sampai nangis. Kamu nggak sendirian punya kucing yang suka bertingkah aneh. Kamu nggak sendirian merasa hidup ini absurd.


TikTok memberi kesan "Tenang, kamu nggak aneh. Lihat, ribuan orang juga begini."

Lalu, Salah Siapa?

Menyalahkan TikTok sepenuhnya sama seperti menyalahkan seblak yang terlalu pedas, padahal kamu sendiri yang request levelnya. TikTok memang didesain bikin ketagihan, tapi kendali tetap di tangan kita.


Kalau kamu sudah tahu kamu gampang ke-distract, pasang batas waktu. Kalau kamu tahu kamu susah tidur habis nonton video, jangan buka TikTok sebelum tidur. Kalau kamu tahu kamu nonton TikTok buat ngelupain masalah, mungkin kamu perlu ngobrol, bukan scroll.

TikTok itu alat. Bukan musuh. Tapi kayak pisau dapur, kalau dipakai sembarangan, bisa nyakitin diri sendiri.

Jadi, TikTok Jahat?

Jawabannya, TikTok jahat tergantung bagaimana cara kita memperlakukannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Barcelona Dekatkan Nico Williams Transfer Hampir Rampung, Tapi Masih Terganjal Gaji

  Barcelona semakin dekat mendapatkan Nico Williams , penyerang muda berbakat milik Athletic Bilbao. Sang pemain telah menyepakati kontrak p...