Rabu, 02 Juli 2025

Bagaimana Jurassic Park Menghidupkan Dinosaurus Lewat Fiksi Genetika Spekulatif


Dalam semesta fiksi Jurassic Park, penciptaan dinosaurus dijelaskan melalui proses bioteknologi spekulatif yang terinspirasi sains nyata, meski banyak aspeknya tidak masuk akal secara ilmiah. Proses dimulai dengan pencarian DNA dinosaurus, baik dari darah dalam nyamuk purba yang terperangkap dalam getah pohon (amber) maupun dari protein dalam fosil tulang. 


Namun, para ilmuwan dunia nyata meragukan validitas ini karena DNA hanya bertahan selama beberapa ribu tahun, sedangkan dinosaurus punah 65 juta tahun lalu. Fragmen DNA yang berhasil dikumpulkan kemudian disusun ulang menjadi genom utuh menggunakan teknologi sequencer canggih dan superkomputer, lalu celah dalam urutan DNA diisi dengan gen dari katak, burung, atau reptil modern agar dapat membentuk struktur genetik yang lengkap. 


Metode ini menjelaskan dalam cerita mengapa dinosaurus bisa berubah jenis kelamin, seperti yang terlihat di film. Setelah itu, genom dimasukkan ke dalam sel telur hewan modern seperti burung unta atau buaya, lalu embrio disimpan dalam nitrogen cair dan dieramkan secara otomatis. Meskipun tingkat keberhasilannya sangat rendah (hanya 1 dari 1.000 embrio hidup), proses ini diterima dalam narasi sebagai pengorbanan wajar demi keberhasilan proyek. 


Konsep ini dikembangkan terus dari novel awal karya Michael Crichton hingga film dan serial Jurassic World, dengan pendekatan fiksi ilmiah yang semakin kompleks, termasuk penciptaan dinosaurus hibrida seperti Indominus rex. Meskipun banyak bagian dari proses ini tidak realistis, kerangka ceritanya menggambarkan ketertarikan manusia terhadap rekayasa kehidupan dan batas etika dalam sains.


Dalam era Jurassic World, teknologi rekayasa genetika fiksi berkembang pesat hingga memungkinkan penciptaan dinosaurus hibrida seperti Indominus rex, yang menggabungkan gen T. rex, Velociraptor, cumi-cumi, dan ular pit viper untuk kecerdasan, kamuflase, dan kemampuan mendeteksi panas. Hibrida lain seperti Scorpios rex dan Indoraptor dirancang dengan tujuan militer dan menunjukkan bagaimana manipulasi genetik digunakan untuk menciptakan makhluk buatan yang patuh dan mematikan. Semua ini dilakukan di laboratorium canggih yang dilengkapi dengan sequencer otomatis, penyimpanan kriogenik, dan ruang modifikasi perilaku. Meskipun terdengar masuk akal dalam cerita, secara ilmiah banyak hal ini tidak mungkin terjadi: 


DNA purba tidak bisa bertahan utuh selama jutaan tahun, rekonstruksi gen dengan DNA hewan modern akan menimbulkan ketidakcocokan biologis, dan penyambungan gen antar spesies berbeda seperti dalam film masih sangat terbatas dalam kenyataan. Dalam narasi fiksi, konsep hibrida mencerminkan kekhawatiran terhadap penyalahgunaan sains untuk keuntungan ekonomi dan militer, sebagaimana terlihat dari evolusi cerita sejak novel pertama yang menyoroti bahaya teori kekacauan dan etika kloning, hingga Jurassic World yang lebih menekankan isu kapitalisme genetika dan kontrol terhadap kehidupan buatan. Kutipan terkenal Ian Malcolm, "Life finds a way," menegaskan bahwa makhluk hidup bisa berkembang di luar kendali manusia, yang terbukti ketika dinosaurus dalam Fallen Kingdom dilepas ke alam liar, menimbulkan risiko ekologis yang tak dapat diprediksi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Avatar: The Way of Water, Dominasi Tak Terbendung di Box Office Global

Di tengah serbuan film-film baru yang berlomba menarik perhatian, “ Avatar: The Way of Water ” berdiri sebagai raksasa sinematik yang tak t...