Sulit dimungkiri, bermain layang-layang kini memang jadi aktivitas yang sudah ditinggalkan, terutama di perkotaan besar. Dulu, kita sering melihat layangan menari di langit sore. Sekarang, pemandangan itu hampir tak ada.
Mengapa ini terjadi? Ada beberapa alasan utama:
Minimnya Ruang Terbuka: Ini kendala paling besar. Dengan menjamurnya gedung pencakar langit, mal, perkantoran, dan kompleks real estate, mencari tanah lapang yang luas dan aman untuk menerbangkan layang-layang itu sudah sangat sulit. Anak-anak dan orang dewasa tak punya lagi akses mudah ke tempat yang ideal.
Terhalang Bangunan Tinggi: Selain minimnya lapangan, banyaknya bangunan tinggi juga menghalangi aliran angin. Layang-layang butuh angin yang stabil agar bisa terbang tinggi. Di antara "hutan beton" ini, angin jadi terpecah dan tidak cukup kuat, membuat layang-layang sulit dikendalikan atau bahkan tak bisa terbang sama sekali.
Singkatnya, perkembangan kota telah mengikis ruang dan kondisi alam yang dibutuhkan untuk aktivitas sederhana ini.
Sangat disayangkan, padahal bermain layang-layang bukan sekadar hiburan semata. Aktivitas ini menawarkan segudang manfaat edukatif yang tak kalah penting, terutama bagi anak-anak.
Saat proses pembuatan layang-layang, anak-anak secara tidak langsung melatih keterampilan motorik halus seperti melipat kertas, menggunting pola, hingga mengelem setiap bagian dengan presisi. Tak hanya itu, Kreativitas anak pun akan terasah saat menghias layang-layang, bebas berkreasi dengan warna dan bentuk sesuai imajinasi mereka.
Manfaatnya tidak berhenti di situ. Ketika tiba waktunya menerbangkan layang-layang, motorik kasar anak akan dilatih. Mereka akan aktif bergerak mengikuti arah angin, berlari, serta berusaha menjaga keseimbangan layang-layang agar tetap terbang stabil di udara. Ini adalah kombinasi sempurna antara kesenangan dan pembelajaran fisik yang jarang ditemukan dalam aktivitas lain.
Syukurlah, di tengah kekhawatiran akan terlupakannya permainan tradisional layang-layang, kita punya Museum Layang-Layang. Ini adalah satu-satunya museum layang-layang di Indonesia yang berperan penting dalam melestarikan warisan budaya ini.
Museum ini bukan hanya sekadar tempat bernostalgia bagi generasi yang lebih tua, tapi juga jembatan untuk mengenalkan layang-layang kepada anak-anak zaman sekarang.
Museum Layang-layang terletak di Jakarta Selatan, didirikan pada tahun 2003 dan memiliki koleksi lebih 600 jenis layang-layang dari berbagai daerah di seluruh Indonesia dan berbagai negara lain di dunia.
Koleksi yang tersimpan di Museum Layang-layang adalah milik pendiri museum Ibu Endang Ernawati, seorang pencinta layang-layang yang juga memiliki ketertarikan pada budaya. Sejak tahun 1980-an, Ibu Endang mulai mengoleksi berbagai layang-layang serta terlibat aktif dalam berbagai festival layang-layang.
Kecintaannya pada layang-layang dan budaya inilah yang kemudian mendorong beliau untuk mendirikan museum ini, agar warisan budaya angkasa ini dapat dinikmati dan dipelajari oleh masyarakat luas.
Museum Layang-layang Indonesia terbuka untuk umum setiap hari kecuali hari libur nasional, mulai pukul 09.00 WIB sampai pukul 17.00 WIB.
Harga tiket masuk museum layang-layang Indonesia mulai dari Rp 20.000 per orang untuk anak usia lebih dari dua tahun, dan mulai dari Rp 25.000 per orang untuk dewasa. Dengan harga tersebut, pengunjung sudah bisa menikmati berbagai fasilitas dan akttivitas seperti: kunjungan museum, menyaksikan audiovisual tentang sejarah layang-layang dan mengikuti lokakarya (workshop) membuat layang-layang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar