Musim baru belum dimulai, tetapi alarm sudah meraung di kubu Goodison Park. Dalam laga uji coba bertajuk Premier League Summer Series yang digelar di MetLife Stadium, New Jersey, Everton dipermalukan Bournemouth dengan skor telak 0-3, sebuah hasil yang tak hanya mencoreng nama besar klub, tetapi juga menebar kecemasan tentang kesiapan mereka menatap musim 2025/2026.
Kekalahan Telak yang Mengungkap Luka Lama
Everton, yang musim lalu nyaris terjungkal ke jurang degradasi, menunjukkan performa yang lebih mengkhawatirkan dalam laga ini. Tanpa kehadiran tiga bek utama - James Tarkowski, Jarrad Branthwaite, dan Michael Keane - struktur pertahanan The Toffees tampak rapuh, tak terorganisasi, dan mudah dieksploitasi. Bournemouth memanfaatkan kelemahan itu dengan cerdas dan efisien.
Tiga gol di babak kedua-masing-masing dicetak oleh Philip Billing (55'), Dango Ouattara (59'), dan Daniel Adu-Adjei (69')-menjadi bukti konkret bahwa Everton belum belajar dari kesalahan musim lalu. Terutama pada gol ketiga, di mana O'Brien melakukan kesalahan fatal di lini tengah yang dengan mudah dikonversi menjadi gol oleh Adu-Adjei. Ini bukan hanya kekalahan, tapi sebuah presentasi kegagalan taktis.
Everton : Terjebak dalam Lingkaran Ketidakpastian
Pertanyaan yang layak diajukan: Apa sebenarnya yang direncanakan Everton untuk musim ini? Dalam laga ini, tak ada kreativitas di lini tengah, koordinasi yang buruk di lini belakang, dan minim ancaman di lini depan. Bahkan dengan pemain sekelas Pickford dan Doucour di lapangan, Everton tetap tampil seperti tim tanpa kompas.
Ketidakhadiran Tarkowski dan Branthwaite memang bisa dijadikan pembelaan, namun performa keseluruhan tetap menjadi tanggung jawab kolektif. Apalagi ini adalah pra-musim - masa yang seharusnya dimanfaatkan untuk menunjukkan kemajuan dan perbaikan, bukan pengulangan bencana.
Bournemouth : Tim Underdog yang Kian Tajam
Di sisi lain, Bournemouth tampil solid dan terorganisir. Mereka bukan sekadar bermain efisien, tetapi menunjukkan kedalaman skuad dan kualitas strategi. Pelatih mereka tampak memahami celah di lini pertahanan Everton dan menyerangnya secara sistematis.
Yang menarik, Daniel Adu-Adjei, pemain muda yang mencetak gol ketiga, bisa menjadi bintang masa depan bagi Bournemouth. Kepercayaan pada talenta muda ditunjukkan dengan konsistensi dan hasil yang meyakinkan.
Lebih dari Sekadar Skor: Simbol Kesenjangan Visi
Laga Everton vs Bournemouth bukan hanya tentang skor 0-3. Ia adalah simbol kesenjangan antara tim yang memiliki arah dan yang tidak. Bournemouth mungkin tidak berlaga untuk papan atas, tetapi mereka tahu siapa diri mereka dan ke mana arah yang dituju.
Sebaliknya, Everton terlihat seperti kapal besar tanpa navigator - berat, lambat, dan nyaris karam. Jika alarm ini tak segera ditanggapi dengan kebijakan transfer cerdas dan perombakan taktik, Everton bisa kembali menjadi kandidat kuat degradasi.
Everton harus segera sadar bahwa waktu untuk bereksperimen telah habis. Para pendukung mereka tidak hanya menginginkan hasil, tetapi juga identitas, arah, dan perlawanan. Jika laga melawan Bournemouth tak membuka mata manajemen dan pelatih, musim depan bisa menjadi musim tergelap dalam sejarah modern klub.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar