Beberapa tahun terakhir, Tiongkok ikut bersaing dengan Korea Selatan dan Jepang dalam dunia hiburan. Seperti produk otomotifnya yang memiliki penggemar luas di Indonesia, drama China atau C-Drama, juga memiliki basis penggemar yang luas, bahkan di dunia.
Bagi penggemar C-Drama yang menyukai genre drama politik seperti di era Romance of Three Kingdoms (1994), maka Legend of Zang Hai (selanjutnya disebut LZH) adalah salah satu pilihan yang layak ditonton. Di Tiongkok sana, drama ini termasuk masih gres karena baru saja ditayangkan di platform Youku dan kanal televisi CCTV dari 18 Mei - 3 Juni 2025. Sementara di Indonesia, drama ini bisa dinikmati di platform Viu.
Dengan jumlah 40 episode, LZH memang bukan tontonan yang ringan dan mudah diikuti, karena kental dengan intrik politik. Namun, drama ini juga bukan drama yang berat dan membuat pusing 7 keliling. Meskipun termasuk drama politik, LZH masih menyuguhkan sentuhan thriller dan romansa.
Kisah LZH berpusat pada balas dendam Zang Hai yang keluarganya tewas dibantai ketika dia masih berusia 10 tahun. Zang Hai berhasil selamat karena ditolong sosok misterius. Sang penolong kemudian membawanya ke sebuah tempat terpencil, yang jauh dari ibukota kerajaan. Di tempat itu dia bertemu guru-guru yang menempanya agar siap dan mampu melakukan balas dendam, termasuk mengubah jati dirinya.
Sepuluh tahun kemudian, Zang Hai kembali ke ibukota untuk merintis jalan agar bisa masuk ke pemerintahan dan melakukan balas dendam. Namun, membalas dendam ternyata tidak seperti membalikkan telapak tangan. Perjalanannya dalam membalas dendam menemui banyak rintangan dan lika-liku yang tak terduga, termasuk bertemu gadis yang membuatnya jatuh cinta. Selain itu, permasalahan yang dihadapi ternyata lebih pelik dari yang terlihat di permukaan.
Sebagai tontonan berdurasi 45 menit setiap episodenya, LZH sangatlah mengasyikkan, bahkan memicu adrenalin, sehingga seringkali 45 menit berlalu begitu cepat tanpa terasa. Dari segi cerita, sebenarnya tema balas dendam seperti ini sering ditemui dalam kisah-kisah bertema sejarah, dan bukan merupakan hal baru. Alurnya yang linear, dengan sesekali flash back, tidak membuat penonton menjadi bingung, malah semakin memperjelas konflik dan cerita.
Selain itu, LZH juga diperkuat akting yang total dari para karakter utamanya, baik protagonis maupun antagonis. Termasuk akting figurannya pun cukup total, menurut saya. Aktor Xiao Zhan sebagai pemeran utama sanggup menghidupkan karakter Zang Hai yang rupawan, cerdas (menguasai ilmu fengshui), dan pandai bicara, tapi tidak memiliki ilmu bela diri. Pemilihan pemeran utama di sini menurut saya merupakan kunci drama LZH, yaitu ingin menunjukkan sosok yang mumpuni tapi jauh dari kesempurnaan dan stereotipe jagoan ada umumnya.
Yang menarik, balas dendam di sini tidak digambarkan serba hitam dan putih. Semua serba abu-abu. Bahkan tokoh antagonis pun memiliki sisi manusiawi yang tak terduga. Seperti filosofi yin dan yang, bahwa kebaikan dan keburukan itu saling melengkapi di dalam semesta. Termasuk konsep sang guru bahwa dalam penipuan, sebagian besar isinya bukanlah kebohongan, melainkan kebenaran. Dan balas dendam tidak harus mengandalkan ilmu bela diri, melainkan kemampuan berbicara. Sungguh konsep pemikiran yang menarik. Selain itu, sejumlah unsur budaya tradisional Tiongkok ikut ditampilkan, seperti wayang kulit dan seni ukir Tiongkok
Drama ini juga merupakan produksi kerjasama antara Youku, Quantum Pan Entertainment, dan Chunyu Film and Television, dan disutradarai oleh Zheng Xiaolong. Di Tiongkok nama Zheng Xiaolong bukanlah nama baru dan dianggap sebagai jaminan mutu sebuah drama, karena sudah sering memenangi penghargaan sebagai sutradara terbaik di berbagai festival dalam negeri. Salah satunya adalah dram Red Sorghum (2014). Kerja keras Zheng tidak percuma, karena perhari ini, LZH memperoleh rating 8,6 di IMDb. Sungguh pencapaian yang luar biasa. Zheng pun masih produktif berkarya, meskipun sudah memasuki usia 72 tahun. Bahkan menurut Mydramalist.com, masih ada 5 karya dramanya lagi yang akan tayang.
Sebagai tontonan, tentu saja LZH tidak luput dari kekurangan. Meskipun kekurangan ini bersifat minor dan tidak mengganggu keseluruhan cerita, tapi sempat mendistraksi fokus menonton saya. Tokoh Zang Hai yang digambarkan sebagai pria tanpa keahlian bela diri ternyata memiliki kekuatan dan visual tubuh yang prima. Selain itu, di sebuah adegan, ketika Zang Hai muncul di sebuah arena pertempuran juga tidak masuk akal. Namun, di luar hal tersebut, LZH tetaplah drama memukau yang layak ditonton ara pencinta C-Drama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar