Sejarah Kung Fu, Seni Bela Diri dari Tiongkok
Kung fu dikenal sebagai seni bela diri dari negara Tiongkok, yang mengandalkan teknik pukulan dan tendangan tajam.
Kendati demikian, di Tiongkok, arti istilah Kung fu (Gong fu), tidak selalu berkaitan dengan seni bela diri, seperti yang diketahui masyarakat dunia secara umum
Istilah "kung fu" berasal dari dua kata, yakni "kung" yang berarti pencapaian atau prestasi, dan "fu" berarti manusia.
Secara harfiah, Kung fu berarti pencapaian manusia, atau pencapaian/prestasi/keterampilan yang didapatkan melalui kerja keras
Meski kini istilah Kung fu digunakan untuk menyebut seni bela diri asal Tiongkok, konon asal-usulnya tidak lepas dari pengaruh India.
Siapa yang menciptakan Kung fu?
Istilah Kung fu pertama kali muncul di Barat pada abad ke-18, ketika digunakan oleh misionaris Perancis, Jean Joseph Marie Amiot. Kung fu baru terkenal pada 1960-an, ketika dipopulerkan oleh Bruce Lee dalam film-filmnya.
Sebelumnya, seni bela diri ini biasanya hanya disebut sebagai tinju Tiongkok. Meski banyak orang mengira Kung fu berasal dari Kuil Shaolin (Shaolin Temple) yang dibangun pada abad ke-5, asal-usul seni bela diri Tiongkok dapat ditelusuri kembali ke era Tiongkok kuno sebelum itu.
Sebelum Kuil Shaolin dibangun, sudah ada seni bela diri yang berkembang baik di Tiongkok sebagai sarana pertahanan diri dan latihan perang.
Salah satu referensi paling awal mengenai seni bela diri Tiongkok berasal dari buku Yellow Emperor's Classic of Internal Medicine, dari sekitar tahun 2600 SM.
Bahkan, Hwa Tuo yang hidup pada masa Tiga Kerajaan (sekitar 220 SM - 65 M), telah menciptakan serangkaian latihan berdasarkan gerakan lima hewan, yakni harimau, beruang, monyet, bangau, dan rusa, yang kini ada dalam gerakan seni bela diri Tiongkok.
Sejak dibangun pada abad ke-5, Kuil Shaolin menjadi pusat pengembangan seni bela diri Tiongkok.
Melansir laugar-kungfu.com, pada tahun 527, seorang biksu bernama Da Mo (Bodhidharma) tiba di Kuil Shaolin.
Bodhidharma diyakini sebagai seorang biksu India yang lahir di Kanchipuram. Ia melakukan perjalanan ke Kanton dan bertemu dengan Kaisar Wu Ti dari Dinasti Liang yang berkuasa pada saat itu.
Bodhidharma juga sempat ke Kerajaan Wei, sebelum akhirnya tiba di Kuil Shaolin.
Konon, Bodhidharma mulanya ditolak oleh para biksu di Kuil Shaolin. Ia lantas pergi ke gua terdekat dan bermeditasi selama sembilan tahun, sampai para biksu mengenali kehebatan agamanya dan menerimanya.
Setelah masuk ke Kuil Shaolin, Bodhidharma mendapati murid-murid di sana terlalu lemah, baik secara fisik maupun mental, untuk berlatih meditasi intensif yang diperlukan dalam jalannya menuju pencerahan.
Bodhidharma dianggap sebagai pendiri Buddhisme Chan, yang lebih dikenal sebagai Buddhisme Zen.
Untuk mengatasi masalah kebugaran para biksu, Bodhidharma
merancang latihan yang menggabungkan gerakan fisik dan pernapasan untuk memperkuat tubuh dan pikiran murid-muridnya.
Bodhidharma berasal dari Kasta Ksatria, sehingga diyakini beberapa gerakan latihan yang dibuatnya diambil dari tradisi bela diri India.
Kombinasi seni bela diri Tiongkok yang sudah ada dan latihan yang diciptakan Bodhidharma di Kuil Shaolin itulah yang menjadi cikal bakal Kung fu saat ini.
Bodhidharma memperkenalkan serangkaian latihan melalui dua buku, Yin Gin Ching dan Shi Sui Ching.
Ketika keterampilan bertarung para biksu meningkat, kemampuan mereka mulai dibutuhkan oleh tokoh-tokoh politik terkemuka di Tiongkok untuk berperang.
Sekitar abad ke-7, Kaisar T'ai Tsung meminta bantuan para biksu Shaolin untuk menyelamatkan putranya yang diculik oleh Jenderal Wang Shih Chung.
Kuil Shaolin mengirim 13 biksu, yang membantu pasukan kaisar mengalahkan jenderal dan menyelamatkan putranya.
Sebagai imbalan, mereka diberi tanah seluas 600 hektare dan kuil utama di Henan.
Selama bertahun-tahun kemudian, para biksu bersekutu dengan berbagai pemimpin dalam konflik. Mereka tetap membawa ajaran agama dan seni bela diri yang dimiliki ketika berpindah tempat, hingga akhirnya menyebar ke berbagai kuil lainnya, terutama Kuil Fukien, Kuil Kwangtung, Kuil Wu-Tang, dan Kuil O Mei Shan.
Pada awal abad ke-10, Kung fu Shaolin mengalami perkembangan signifikan, ketika seorang biksu muda bernama Chueh Yuan mereformasi seni bela diri di sana dengan menciptakan 72 gerakan yang fokus pada kebugaran internal dan eksternal.
Setelah itu, Chueh Yuan menyebarkan jurus barunya hingga akhirnya bertemu dengan seorang guru bernama Pai Yu-Feng, yang ahli dalam titik tekanan tubuh.
Mereka bekerja sama untuk menggabungkan pengetahuan mereka dan menciptakan 170 gerakan yang menjadi dasar Kung fu modern.
Sejak itu, gerakan seni bela diri Kung fu semakin berkembang dan bervariasi, karena banyak biksu-biksu lainnya yang menciptakan gerakan baru.
Kungfu terus berkembang dan diwariskan dari satu generasi biksu ke generasi berikutnya, dan Kuil Shaolin tetap menjadi pusat pengembangan seni bela diri ini selama sekitar seribu tahun.
Namun, pada tahun 1644, terjadi perubahan besar di Tiongkok ketika Dinasti Ming digulingkan oleh
Dinasti Qing.
Dinasti Qing tidak menyukai para biksu Shaolin atau ajaran mereka, bahkan Kuil Shaolin dihancurkan dan sebagian besar biksu di sana dibunuh.
Hanya sedikit biksu Shaolin yang selamat setelah berhasil bersembunyi, sebelum melanjutkan mengajarkan ilmu Kung fu mereka secara diam-diam kepada murid-murid terpilih.
Dari para master inilah, muncul beberapa gaya baru yang kemudian menjadi dasar teknik Kung fu yang dipraktikkan di Tiongkok saat ini
Kini, ada ratusan
teknik kung fu, baik yang bersenjata maupun tidak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar