Secangkir kopi tak hanya berisi cairan hitam beraroma wangi. Di dalamnya, terkandung pula cerita tentang identitas diri, keberagaman, kebersamaan, dan harapan. Begitulah yang terlihat pada babak Signature Beverage di ajang Starbucks Global Barista Championship (SGBC) 2025.
Dalam sesi yang digelar di Mandalay Bay Convention Center Las Vegas, Nevada, Amerika Serikat, pada Selasa (10/6/2025) ini, sebanyak 12 barista peserta kejuaraan harus pintar-pintar membagi waktunya yang hanya 10 menit. Selain harus menyajikan minuman berbasis kopi kreasi sendiri, mereka juga harus menceritakan kisah di balik resep tersebut.
Di tangan barista, kopi bukan sekadar minuman, melainkan juga bahasa universal yang mampu menyatukan rasa, kenangan, dan harapan.
”Be kind.” Berbaik hatilah. Kalimat itu tak diucapkan keras oleh Adrian, tetapi toh terdengar juga, terasa tulus muncul dari dalam hati barista asal Amerika Serikat itu saat ia berdiri di atas panggung.
Tangannya menggenggam secangkir Alma Latte, minuman kreasinya yang berbahan campuran susu oat, bubuk cokelat malt, chai, dan cinnamon dolce. Ringan, sederhana, dan mudah dibuat, tetapi tidak begitu dengan kisah di baliknya.
Minuman ini terinspirasi dari champurrado, minuman tradisional Meksiko yang biasa disajikan kakeknya setiap Sabtu pagi pada belasan tahun lalu. Kreasinya ini diberi nama Alma yang berarti hati, jiwa, dan kebaikan.
Ketika masih berusia tujuh tahun, Adrian sering duduk di pangkuan sang abuelo, atau kakek dalam bahasa Spanyol, menyeruput champurrado, dan menerima nasihat yang kemudian menjadi prinsip hidupnya: ”Tak apa jika hidup memperlakukanmu dengan buruk. Tetaplah baik.”
Ia sempat tak mengerti makna nasihat itu. Namun, saat remaja, ketika mengalami perundungan karena identitasnya sebagai warga keturunan hispanik, suara kakeknya kembali menggema. Alih-alih membalas dengan kemarahan, ia memilih bersikap baik. Dan, justru itulah yang membuat para pem-bully-nya kini menjadi sahabatnya.
Beberapa tahun lalu, kakeknya berpulang. Adrian mengaku hancur lebur. Ia berhenti menyentuh champurrado karena terlalu berat secara emosional. Di tengah duka, Adrian terbantu oleh keluarga, komunitas Starbucks, partner dan pelanggan, yang menjadi jaring penyelamatnya. ”Saya sadar duka hanyalah cermin dari cinta yang besar,” ucapnya.
Kini, lewat Alma Latte, Adrian menyatukan dua dimensi dari dirinya: akar budaya dan dunia kopinya. ”Minuman ini adalah jendela ke dalam diri saya. Karena kebaikanlah yang membawa saya ke panggung ini,” kata Adrian.
Barat dan Timur berdampingan
Resep minuman kopi ciptaan Sumayyah tampaknya juga terinspirasi dari pengalaman hidup personalnya. Sebelum berkisah, ia menyusun gelas-gelas sajinya dengan presisi dan cekatan. Sumayyah lantas mencampur dua shot espresso bold, madu, susu skim, bubuk cardamom atau kapulaga, vanila, dan parutan kulit jeruk.
Kombinasi itu ia padukan dalam satu resep yang diberi nama Iced Cardamom Float Honey Shaken Espresso. Bukan sekadar minuman, racikan itu cermin perjalanan hidupnya.
Perjalanan Sumayyah dalam dunia kopi dimulai di Florida, Amerika Serikat. Di sana ia pertama kali bekerja sebagai barista dan mengenal espresso dalam rutinitas yang padat. Beberapa tahun kemudian, ia pindah ke Jordania. Di sanalah ia mengenal kapulaga sebagai salah satu rempah penting dalam kehidupan sehari-hari.
”Kapulaga sangat dikenal di Timur dan espresso sangat dikenal di Barat. Jadi, saya ingin mempertemukan keduanya,” ujarnya dalam sesi presentasi.
Racikannya dimulai dengan mencampur madu, susu skim, bubuk kapulaga, vanila, dan kulit jeruk ke dalam blender bersama es. Sementara itu, espresso dikocok terpisah untuk menjaga tekstur dan suhu, kemudian dicampurkan di akhir proses untuk menciptakan efek lapisan atau float yang menjadi ciri khas.
Kreasi ini tidak lahir sendirian. Ia mengujicobanya berulang kali bersama rekan kerja. ”Minuman ini tidak saya buat sendiri. Saya mendapat banyak bantuan dari partner-partner Starbucks lain. Banyak di antara mereka yang mencicipinya dan memberi masukan,” ujarnya.
Iced Cardamom Float Honey Shaken Espresso tidak hanya memadukan dua tradisi rasa, tetapi juga menyampaikan gagasan bahwa keberagaman bukanlah hambatan, melainkan kekuatan. Dari perpaduan budaya Timur dan Barat, dari kehidupan yang berpindah antara dua benua, Sumayyah menyajikan sebuah minuman yang personal sekaligus universal.
Kopi harus inklusif
Jika Adrian dan Sumayyah membuka dengan kisah pribadi yang dalam, George Wenno dari Indonesia merayakan satu jenis minuman kopi yang menurut dia berpengaruh besar di dunia kopi Indonesia. Di atas panggung, Ia memperkenalkan minuman bernama Coconut Cloud Kopi Susu, yang merupakan hasil kombinasi gula aren dan santan yang familiar di lidah Indonesia.
”Di kampung halaman saya, kopi susu adalah awal dari semuanya. Saya percaya kopi adalah untuk semua orang,” kata George.
Ia melihat kopi susu dengan gula aren sebagai entitas penting dalam dunia kopi masyarakat Indonesia. Popularitas minuman kopi jenis ini dilihatnya berperan penting sebagai pintu masuk masyarakat awam ke dunia kopi yang lebih dalam.
Oleh karena itu, George seakan-akan tidak sekadar menyajikan minuman, tetapi juga melayangkan ajakan kepada masyarakat untuk berani masuk ke dunia kopi yang lebih dalam, melalui minuman yang familiar dan mudah dinikmati.
Semangat ini pun tecermin ketika ia mengajak para juri ikut serta dengan menaburkan sendiri bubuk kayu manis ke atas kopi mereka. ”Saya ingin semua orang merasa disambut ke dalam dunia kopi, terutama bagi mereka yang baru pertama kali mencoba,” kata George.
Baginya, Coconut Cloud Kopi Susu bukan sekadar nostalgia, melainkan juga uluran tangan bagi masyarakat untuk makin mengenal kopi. ”Kopi specialty kadang terasa menakutkan bagi pemula. Nah, kopi susu yang manis, akrab, dan lembut bisa jadi jembatan,” ujar George.
George menutup penampilannya dengan senyum tenang. ”Great coffee doesn’t have to be complicated. It just has to be meaningful,” ujarnya. Kopi yang baik tidak harus rumit, yang penting bermakna.
Mengajak kembali pelanggan
Kopi yang bermakna juga menjadi hal yang ingin disajikan oleh Nobuki, barista asal Jepang. Menurut dia, kekuatan kopi tidak hanya terletak pada aroma atau rasa saat pertama diseruput. Justru yang paling penting, menurut dia, apa yang tertinggal di akhir.
”Aftertaste adalah bagian paling penting dari minuman,” ujarnya dalam presentasi.
Baginya, rasa terakhir yang membekas di lidah itulah yang menentukan pelanggan akan datang kembali atau tidak.
Dengan keyakinan itu, Nobuki menciptakan minuman khas yang ia beri nama Blooming Yuzu Espresso. Komposisinya dirancang untuk menyisakan jejak rasa yang ringan, tetapi bertahan lama.
Ia menggunakan tiga shot ristretto sebagai dasar, lalu menambahkan sirup jeruk yuzu untuk menciptakan sentuhan citrus yang manis dan segar. Di atasnya, ditaburkan bubuk bunga sakura sebagai penutup.
Pemilihan yuzu bukan tanpa alasan. Dalam tradisi kuliner Jepang, yuzu sering digunakan untuk memperkuat dan mengangkat rasa utama dalam hidangan. Nobuki menerapkannya dalam konteks kopi, untuk menonjolkan kompleksitas espresso dan menciptakan keseimbangan rasa yang lebih halus.
”Di Jepang, yuzu biasa digunakan untuk memperkuat elemen rasa lainnya. Saya ingin menggunakannya untuk mengangkat keindahan kopi,” jelasnya.
Bubuk sakura yang menjadi garnish tidak hanya mempercantik tampilan, tetapi juga membawa makna simbolis. Sakura, bunga yang hanya mekar sejenak, melambangkan harapan, kelembutan, dan awal yang baru. Nobuki ingin menjadikan Blooming Yuzu Espresso sebagai undangan bagi pelanggan untuk memulai pengalaman baru bersama Starbucks.
Minuman kopi kreasi Nobuki memang bukan lahir dari nostalgia atau pengalaman personal. Akan tetapi, muncul dari pengamatan dan filosofi rasa. Ia percaya, cita rasa akhir yang manis, seimbang, dan membekas akan membuat seseorang kembali.
”Saya ingin menciptakan rasa akhir yang membuat pelanggan berkata, ’Saya ingin merasakan ini lagi.’ Itulah cara saya mengajak mereka kembali ke Starbucks,” ujarnya.
Di atas panggung Starbucks Global Barista Championship 2025, bukan hanya kopi yang tercipta, melainkan juga tumpah ruah kisah personal sang barista. Kopi mereka jadikan medium untuk menyampaikan perasaan langsung ke hati pelanggan.
Barangkali itulah yang membuat segelas kopi begitu berkesan karena di dalamnya ada cerita yang mungkin lebih awet daripada aromanya.
Dapatkan Koran Edisi Khusus 60 tahun Harian Kompas yang akan membawa Anda menyelami perjalanan Indonesia selama 60 tahun dalam 60 halaman—mulai dari delapan presiden, perjalanan politik & hukum, prestasi olahraga, perkembangan ekonomi, seni hingga teknologi dari masa ke masa.
Nikmati juga liputan mendalam, investigasi eksklusif, dan visual yang memperkaya pengalaman membaca.