Senin, 09 Juni 2025

Akatsuki Incar Jincuriki di Tambang Ilegal-Gorontalo, Penegak Hukum Segera Bentuk Aliansi, Para Warga Gakure Sudah Terancam



Dalam serial Naruto, kita disuguhi kisah epik tentang para jinchuriki---manusia terpilih yang di dalam tubuhnya disegel makhluk buas bernama bijuu. Tugas para ninja dari masing-masing desa adalah menjaga para jinchuriki ini dari kelompok Akatsuki, organisasi rahasia bercorak jubah awan merah yang punya hobi aneh: mengoleksi bijuu satu per satu, seperti anak muda koleksi action figure. Satu demi satu jinchuriki jatuh, sampai akhirnya tersisa Naruto Uzumaki dari Konohagakure.


Melihat keadaan yang makin genting, para desa ninja yang biasanya suka ribut satu sama lain akhirnya bersatu dalam satu aliansi besar. Mereka menyerbu Akatsuki, membebaskan para bijuu, dan mengembalikan perdamaian dunia ninja. Sebuah skenario yang menegangkan sekaligus membahagiakan.


Tapi kemudian saat saya duduk dan menyeruput kopi susu di sebuah kedai kopi di area menara Limboto, Gorontalo - berpikir: "Eh, ini kok rasanya mirip sama situasi tambang ilegal di negeri ini ya?"


Kalau di dunia Naruto yang diburu adalah bijuu, di dunia nyata yang jadi incaran adalah tambang ilegal apapun jenisnya. Dan para pelaku pun punya kesamaan gaya dengan Akatsuki: misterius, rapi, dan kadang-kadang kebal hukum. Bedanya, mereka gak pakai jubah hitam dengan awan merah, tapi pakai pakaian yang rapi. Dan ya mereka disebut-sebut sebagai mafia tambang ilegal.


Mafia tambang ini bertebaran di berbagai wilayah di Gorontalo. Dan semua orang tahu itu, bahkan penegak hukum juga tahu. Tapi yang bikin saya tertawa getir: mereka tahu, tapi tidak ditindaki. Atau, lebih tepatnya: tahu tapi buat apa tahu.


Sebenarnya masalah tambang ilegal ini gak sesulit misi ninja tingkat S. Kalau mau dibereskan, ya tinggal hentikan dan amankan dulu para mafia nya. Setelah itu, kemudian bantu pelaku usaha lokal untuk mengurus izin tambang secara legal. Kalau sudah legal, bisa diawasi. Kalau diawasi, bisa tertib. Kalau tertib, gak merusak lingkungan. Gak perlu pakai jutsu terlarang Orochimaru, cukup pakai logika.


Tapi ya itu tadi. Di sinilah kadang saya merasa lucu. Manusia itu diciptakan dengan perangkat canggih: otak. Dengan otak itu, manusia bisa berpikir, menganalisis, membedakan yang baik dan buruk. Tapi kenapa penegak hukum membiarkan mafia itu ya? Padahal para mafia bahkan keluar - masuk markas mereka.


Saya mulai curiga. Jangan-jangan otaknya lupa diaktifkan. Atau mungkin sedang dalam mode pesawat nanti takut Ade mo dapa lacak. Atau malah sedang sibuk membuka dompet dengan nada "Brimo... ala mak duit nih "


Naruto saja yang yatim piatu dan cuma makan mie instan setiap hari masih bisa melawan Akatsuki dan menyelamatkan dunia. Masa para penegak hukum yang punya-punya malah gagal memberantas para mafia?

Pada akhirnya, saya hanya bisa memejamkan mata dan sadar: "saya pe kopi stengah blum ta bayar ta emi ee."


Dan kalau mereka masih ragu untuk bertindak, saya sarankan nonton serial Naruto dari episode 1. Siapa tahu, setelah nonton perjuangan Naruto menghadapi Pain, mereka jadi kepikiran untuk melawan "Pain" mereka sendiri: tekanan, titipan, dan ketakutan.


Kalau pun tidak, ya setidaknya saya bisa tertawa bersama mereka. Karena di negeri ini, tertawa adalah satu-satunya bentuk perlawanan yang masih gratis dan tidak dikenai pajak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Daftar Pelatih Timnas Indonesia dari Masa ke Masa, Siapa Paling Sukses?

Ternyata sudah 41 pelatih yang pernah memimpin timnas Indonesia, lho! Bukan cuma juru taktik asing, sejumlah pelatih lokal juga pernah memb...