Dua minggu setelah meraih trofi pertama Liga Champions Eropa, Paris Saint-Germain melanjutkan tren kemenangan besar dengan mengalahkan Atletico Madrid dalam pertandingan FIFA Club World Cup, 16 Juni 2025.
PSG datang ke pertandingan dengan kepercayaan diri tinggi. Selain berstatus juara Liga Champions, beberapa pemain mereka seperti Vitinha, Nuno Mendes, Joao Neves, dan Goncalo Ramos baru saja memenangkan UEFA Nations League bersama tim nasional Portugal.
Dari segi mentalitas, para pemain PSG sudah sangat siap untuk menghadapi turnamen bergengsi ini.
Meskipun ada beberapa pemain seperti Donnarumma, Dembele, Barcola, Doue, dan Fabian Ruiz yang kurang berhasil bersama tim nasional masing-masing, komposisi tim PSG tetap sangat solid jelang laga.
Banyak pihak sempat meragukan pentingnya turnamen ini karena bertepatan dengan akhir musim yang seharusnya menjadi waktu istirahat para pemain.
Namun, keraguan itu kini tidak relevan. Klub-klub terbaik dunia telah dikumpulkan, dan tak semua tim mengikuti kalender Eropa. Jadi, wajar jika Piala Dunia Antarklub ini dianggap sebagai ajang tertinggi untuk menguji kualitas sejati suatu tim.
Tentu saja, di balik suara skeptik tersebut, masih banyak orang yang antusias menantikan Piala Dunia Antarklub. PSG bisa menjadi salah satu alasannya.
Orang ingin menyaksikan bagaimana juara Eropa ini dengan kekompakan tim memberi suguhan di lapangan. Mental juara PSG yang sebelmnya menaklukkan Inter Milan 5-0 di final Liga Champions dibuktikan lagi dengan kemenangan telak 4-0 atas Atletico Madrid.
Jalannya Pertandingan Didominasi PSG
Pertandingan PSG vs Atletico Madrid terlihat tidak seimbang. PSG sangat mendominasi permainan, mencatatkan 75% penguasaan bola.
Faktor cuaca turut berperan penting. Pertandingan berlangsung di Rose Bowl, stadion terbuka pada siang hari. Suhu saat itu tercatat mencapai 31 derajat Celsius.
Kondisi ini cukup memberatkan para pemain yang terlihat mudah mengalami kelelahan. Tak heran, jalannya pertandingan antara PSG dan Atletico tampak berjalan dalam tempo lambat.
Pemain sebisa mungkin tidak melakukan banyak pergerakan cepat karena dapat membuat mereka cepat merasa lemas.
Walau begitu, PSG sekali lagi menunjukkan bahwa mereka datang untuk bersaing serius dalam turnamen Piala Dunia Antarklub.
Fabian Ruiz, Vitinha, Mayulu, dan Lee Kang-in mencetak gol ke gawang Atletico yang dikawal kiper senior Jan Oblak.
Fabian membuka gol setelah menerima umpan dari Kvaratskhelia yang kesulitan untuk mengambil posisi tembak sehingga menemukan Fabian dalam posisi terbuka untuk mengeksekusi tendangan. Bola meluncur mulus ke kanan gawang.
Kvara juga berkontribusi lewat gol kedua PSG dengan memberikan assiste kepada Vitinha yang berada bebas di area tengah untuk merangsek masuk ke pertahanan Atletico dan melepaskan tembakan terukur.
Babak pertama PSG vs Atletico Madrid ditutup dengan skor 2-0.
Jalannya babak kedua tidak jauh berbeda dari pertama. Alvarez sempat memberikan harapan dengan memperkecil ketertinggalan lewat golnya pada menit ke-58.
Akan tetapi, wasit membatalkan gol tersebut setelah meninjau VAR yang menilai, Koke kapten Atletico, sebelumnya melakukan pelanggaran terhadap Doue.
Selepas itu, Atletico tampak pasrah untuk menghadang antrian serangan Paris.
Anak asuh Simeone sangat tidak focus dalam pertandingan. Hakimi mengambil ancang-ancang untuk menerobos garis pertahanan tanpa satupun pemain Atletico menyadarinya.
Pada akhirnya, pergerakan Hakimi menjadi awal dari gol pemain muda Senny Mayulu pada menit ke-87 dan ditutup lewat penalti Lee Kang In pada akhir pertandingan.
Performa Goncalo Ramos menjadi yang terburuk dari pemain PSG lainnya
Dalam laga tersebut, PSG tampil dengan kekuatan utama mereka. Dembele dan Barcola sempat diragukan tampil karena masih dalam masa pemulihan cedera usai membela timnas Prancis di laga internasional. Ini menjadi kesempatan bagi Goncalo Ramos tampil sebagai starter bersama Kvaratskhelia dan Doue.
Ramos, yang musim ini mengalami performa naik-turun, seharusnya memanfaatkan momen ini untuk membuktikan kualitasnya sebagai striker tajam. Sayangnya, pemain Portugal ini kurang menyatu dengan rekan-rekan setimnya. Menghadapi Atletico Madrid, Ramos gagal menemukan posisi ideal untuk membangun peluang.
Hal ini menyulitkan pemain sayap PSG seperti Doue dan Kvara dalam mengalirkan umpan. Selama ini, PSG memang kerap memotori serangan dari sisi sayap. Namun, pengawalan ketat Atletico membuat PSG perlu mencari pola baru dengan mengandalkan serangan dari lini tengah dan striker.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar