Di sebuah perpustakaan sekolah yang sepi, buku-buku pelajaran lama berkumpul di rak paling bawah, sementara buku-buku baru menggantung cemas di rak atas, menunggu pengumuman nasib.
Buku Sejarah (tua, sampulnya tercoreng wajah kucing):
"Aku sudah tak tahan! Tiap tahun pasti ada siswa yang menggambar kumis di foto Soekarno. Dan kalian tahu apa yang lebih menyakitkan? Mereka tidak belajar, tapi malah menggambar mustache dengan sangat detail! Aku ini buku sejarah, bukan kanvas untuk kontes kumis!"
Buku Biologi (tua, punggungnya retak):
"Aku lebih parah! Anak-anak suka melipatku jadi 90 derajat untuk membuat pesawat kertas. Padahal aku sedang menjelaskan struktur DNA, bukan instruksi origami!"
Buku Matematika (baru, masih wangi pabrik):
"Kami juga tidak tenang! Dikatakan akan ada kurikulum baru, tapi belum tentu kami dipakai. Aku takut jadi buku hiasan atau -duh- dijadikan alas jendela!"
Buku Bahasa Indonesia (baru, percaya diri):
"Tenang, aku yakin akan dipakai. Mereka pasti butuh buku tentang puisi dan metafora. Lagipula, siapa yang tidak butuh belajar bahasa?"
"Kau pikir kami tidak butuh? Tapi lihat aku! Halaman 45 ada coretan 'Aku lapar' besar-besar di tengah biografi Sultan Hasanudin! Dan jangan bicara tentang puisi, buku! Puisi terakhir yang aku dengar dari siswa adalah 'Malam ini aku belajar, besok ujian... tidur nyenyaklah, impian indahlah'!"
"Aku malah digunakan untuk menutupi komik saat guru lewat. Katanya, 'Buku agama itu penutup dosa'." Kadang anak-anak (meniru pejabat sih) suka bilang, tenang Tuhan saja bisa kita tipu, apalagi cuma buka pelajaran.
"Aku takut kalau sekolah memilih e-book. Aku ingin dibuka, diarsipkan, bahkan dicoret-coret! Aku ingin BERGUNA!"
"Beruntungnya kau belum tahu arti 'berlubang karena coretan pensil'. Aku seperti kertas bolongan untuk tempat pensil!"
Tiba-tiba, suara pengumuman dari meja guru:
"Tahun depan, semua mata pelajaran tetap menggunakan buku fisik! Kecuali Seni Budaya, yang akan fokus pada melukis di buku teman."
Buku Matematika (baru, berteriak):
"YESSS! AKU AKAN MENJADI LEGENDA... ATAU SETIDAKNYA TEMPAT SIMPAN PERMEN!"
Rak pun gemuruh. Buku lama bersorak, buku baru panik. Dan Buku Sejarah mulai melukis senyum di hatinya - walau mungkin besok akan dicoret lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar