Tugu kerap menjadi ikon landmark suatu daerah, mulai dari yang legendaris seperti Monas Jakarta, Tugu Jogja, Jam Gadang, hingga yang baru saja dibangun seperti Tugu Biawak Wonosobo.
Meskipun taman untuk tugu ini masih dalam tahap finishing, tapi sudah menarik banyak orang. Pasalnya, tugu yang berupa patung ini terlihat sangat realistis dengan detail yang mendalam.
Ketika pertamakali melihatnya, mungkin banyak yang mengira kalau patung ini sungguhan. Namun ketika diperhatikan ternyata landmark populer ini hanya material yang dibentuk dan diwarnai sedemikian rupa hingga mirip aslinya.
Tentu saja ini bukan satu-satunya tugu unik di tanah air. Bagaimana kalau tugu Biawak Wonosobo ini dibandingkan dengan tugu-tugu unik di Indonesia lainnya?
Tugu yang banyak dikenal netizen sebagai Tugu Biawak Wonosobo ini sebenarnya dinamai Tugu Krasak Menyawak. Tugu bersosok biawak raksasa yang berdiri gagah ini berlokasi di jalur utama Wonosobo-Banjarnegara.
Nama Krasak Menyawak sendiri berasal dari nama tempat tersebut, Desa Krasak. Sementara kata Menyawak sendiri berarti biawak. Hewan ini memang hidup di sekitar Sungai Serayu, terutama di sekitar Jembatan Menyawak atau Jembatan Krasak.
Masyarakat sekitar sendiri sudah lama mengenal hewan ini, dan habitatnya masih terjaga hingga sekarang. Jadi, tidak heran kalau hewan ini menjadi kebanggaan masyarakat Desa Krasak, Wonosobo, Jawa Tengah.
Patung dengan tinggi mencapai 7 meter dan lebar 4 meter ini masih akan dilengkapi dengan taman dan bangku agar bisa dimanfaatkan sebagai ruang publik.
Peletakan batu pertama pada 3 Februari 2025 menandai pemabngunan tugu ini, dan dalam waktu setengah bulan patung sudah selesai. Biaya yang dibutuhkan juga tergolong kecil jika dibandingkan dengan proyek landmark lain di Indonesia.
Biaya pembangunan tugu ini dikabarkan menghabiskan biaya sebesar Rp 50 juta yang bersumber dari Dana Desa. Diinisiasi oleh pemuda karang taruna desa setempat, pembuatan patung yang mengisi tugu ini dipimpin oleh seniman asli Wonosobo, Arianto.
Dengan kata lain, sumber dana ini tidak menggunakan APBD, melainkan swadaya masyarakat.
Tugu Penyu juga menjadi salah satu landmark yang sempat viral beberapa waktu lalu. Tugu ini terletak di Ruang Terbuka Hijau (RTH) atau alun-alun Gadongbangkong, Sukabumi, Jawa Barat. Patung penyu tersebut mengalami kerusakan di bagian cangkangnya yang ambrol.
Padahal patung penyu ini dsebut-sebut menggunakan anggaran sebesar Rp 15 miliar. Netizen geram karena dengan dana sebesar itu, sepatutnya patung dibuat dengan lebih baik.
Banyak yang mengira bahwa patung ini dibuat dengan menggunakan material kardus. Namun seiring dengan viralnya patung penyu ini, pihak rekanan proyek memberikan klarifikasi terkait dana anggaran serta material patung.
Untuk meluruskan isu yang banyak beredar, ditegaskan bahwa anggaran pembuatan patung itu hanya sekitar Rp 30 juta sesuai spesifikasi yang ditetapkan dalam proyek.
Sementara material yang digunakan bukanlah kardus, melainkan resin dan fiberglass. Material kardus yang terlihat adalah alat bantu dalam proses pencetakan.
Pihak rekanan proyek melanjutkan, kerusakan yang timbul pada patung penyu ini disebabkan karena tindakan pengunjung yang sering menaiki patung tersebut untuk berfoto.
Kalau patung Tugu Biawak diapresiasi karena realistis dan detail, patung gajah di Simpang Lima Sukorame, Gresik, Jawa Timur ini dibuat dengan gaya yang simple dan surreal.
Patung ini hanya nampak seperti siluet gajah, tanpa detail seperti mata, telinga, dan bahkan kakinya hanya ada depan dan belakang saja. Karenanya, filosofi pembuatan patung gajah itu terlalu jauh dari bentuk gajah pada umumnya.
Patung dengan gaya surreal dan simplistik memang dikenal memiliki bentuk yang lebih sederhana. Dengan perencanaan lokasi dan finishing yang tepat, sebenarnya patung yang beraliran surreal dan simplistik bisa memiliki daya tarik tersendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar